A.
Makna
Tari Topeng Ireng
Makna
dari Tari Topeng Ireng erat kaitannya dengan tari keprajuritan dimana makna
tersebut direpresentasikan didalam setiap unsur di seni tersebut. Makana yang
terdapat dalam Tari Topeng Ireng secara keseluruhan tentang adanya cerita dari
tokoh yang bernama K.H.Subkhi dan para prajurit TNI dalam perjalanannya ke
hutan untuk melarikan diri dari penjajah. Sebutan Dayakan adalah cara untuk
memudahkan menyebut tarian Topeng Ireng,karena didasarkan pada penampilan
penari Topeng Ireng saar pertunjukan. Selain itu makalah ini juga membahas
makna dilihat dari:
B.
Makna
Gerak
Gerakan-gerakan Tarian
Topeng Ireng tidak memiliki aturan yang baku hanya terkadang muncul
gerakan-gerakan yang merupakan cri khas tarian masyarakat. Ciri khas tersebut
adalah adanya hentakan kai dan gerakan yang diulang-ulang. Serta gerakan yang
ada dalam tarian ini tidak lepas dari alunan musik dan notabene tarian ini mengikuti
alunan musik.
Dalam kesenian Topeng Ireng atau Dayakan ini dibagi menjadi
3 babak pertunjukan yang memiliki dasar gerakan yang berbeda diantara ketiga
babak tersebut. Dijelaskan bahwa dalam kesenian Topeng Ireng terdapat 3 babak
tarian, yang terbagi menjadi Rodat Dayakan, Montholan dan Kewanan. Dalam
hubungannya antara si Tokoh Sentral dengan ketiga babak tersebut adalah ketiga
babak itu sebagai pelengkap cerita perjalanan si Tokoh Sentral. Pada babak
Rodat Dayakan terdapat beberap gerakan inti seperti gerak hentakan kaki
seolah-olah seperti serombongan prajurit yang keluar dari persembunyiannya
untuk menghadapi musuh dengan membawa sifat tegas, keras, tidak terkalahkan,
dan berani menghadapi segala tantangan. Hentakan kaki tersebut menggambarkan gertakan
yang keras dalam menghadapi musuh di depannya. Sehingga hanya dengan hentakan
kaki saja musuh akan takut terhadapnya. Gerak yang lain adalah gerak satu kaki
diangkat dan tangan dinaikkan ke atas, dalam gerakan ini secara subjektif
peneliti menggambarkan para pemain Topeng Ireng adalah prajurit yang
memiliki kemampuan bela
diri yang baik. Kemampuan bela diri ini mereka tunjukkan
ketika gertakan sudah tidak mampu membuat pihak musuh gentar. Gerakan yang lain
adalah gerak berjongkok menundukkan badan. Penafsiran subjektif peneliti dalam
gerakan ini menggambarkan bahwa prajurit merupakan bawahan dari raja yang
memerintah. Jadi mereka memiliki sifat sendika dhawuh terhadap
pemimpinnya ataupun seseorang yang lebih tinggi kedudukannya daripada mereka.
Babak Montholan dalam interpretasi cerita seorang Tokoh
Sentral yang disebutkan adalah para pengombyong dari si Tokoh Sentral.
Pengombyong di sini diartikan sebagai para pengikut yang menemani perjalanan si
Tokoh Sentral. Dengan kebiasaannya menyanyi, menari, dan melucu, mereka
menghibur si Tokoh Sentral ketika ia merasa kelelahan.Sedangkan dalam babak
kewanan ini merupakan penggambaran dari gangguan-gangguan yang dihadapi oleh si
Tokoh Sentral dalam perjalanan pengembaraannya. Gangguan ini berwujud hewan-hewan
liar dan buas seperti macan, singa, sapi liar, banteng, dan sebagainya. Gerakan
ini juga mengandung nasihat bahwa manusia jangan bertingkah laku seperti hewan
yang tidak beradab, tidak berakal, sehingga hidupnya menjadi sia-sia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar