Minggu, 12 Januari 2014

TARI TOPENG IRENG (1)



A.       Sejarah

Upacara tradisional Seni Tarian Topeng Ireng berawal dari cerita rakyat Magelang sebelum pada akhirnya sampai ke masyarakat Temanggung. Topeng Ireng muncul tahun 1950 di Tuksongo Borobudur, kemudian berkembang di 21 kecamatan. Masing-masing kecamatan punya group kesenian, ada yang 1 atau lebih. Kesenian Topeng Ireng  ini perkembangannya cukup pesat. Topeng Ireng banyak digemari karena busananya bagus, gerak tari dan iringan musik mudah dipelajari. Temanya untuk syiar agamis, melalui lagu-lagu syair agama. Lagu-lagunya dibuat sendiri. Dalam perkembangannya, lagu campursari mulai masuk. Namun terkadang syairnya mulai menyimpang, sehingga perlu untuk diluruskan. Lagu-lagu biasanya untuk menyampaikan pesan terhadap lingkungan masyarakat. Misalnya pesan tentang KB, politik. Pada awalnya, peralatannya: bende, suling, dodogan, jedor, peluit. Penarinya, 1 kelompok 16-20 orang, termasuk kepala suku. Penari topeng Ireng ada yang dewasa maupun anak-anak. Menurut salah satu tokoh masyarakat (Bp.Tapa) seni Tari Topeng Ireng merupakan salah satu seni dari kota Magelang yang menggambarkan prajurit di jaman Belanda dahulu,gambaran tersebut berupa sekelompok prajurit yang sedang berperang melawan Belanda dengan menggunakan coretan-coretan hitam di wajahnya untuk menyempurnakan penyamaran para prajurit di hutan,dari situlah nama Topeng Ireng berasal. Namun ada persepsi lain yang di utarakan dari salah satu masyarakat desa Lamuk yang menceritakan bahwa asal mula Seni Tarian Topeng Ireng tersebut berasal dari para prajurit yang sedang menari setiap ada waktu istirahat di medan perang sebagai hiburan dengan masih berpenampilan seperti saat berperang melawan Belanda.  Setelah itu tarian tersebut dibawa oleh para prajurit dan diajarkan kepada masyarakat sekitar Magelang dan dengan mudah masyarakat Magelang menggandrungi tarian tersebut,namun masyarakat Magelang pada saat itu menambahkan kostum yang menarik,dengan gabungan antara kepala angsa dan bulu ayam untuk hiasan kepala dan lonceng-lonceng kecil yang cukup banyak di kaki yang memungkinkan setiap gerakan dari sang penari mengeluarkan bunyi yang sangat meriah,hal tersebut menjadikan seni Tari Topeng Ireng mudah diterima oleh masyarkat Magelang pada awalnya. Setelah beberapa tahun tarian tersebut melekat dikehidupan masyarakat Magelang para prajurit tersebut hijrah ke Temanggung untuk menumpas penjajah yang menempati kota tersebut waktu itu. Sehingga tarian tersebut juga ada di kota Temanggung khususnya di desa Lamuk. Tidak terlalu jauh berbeda dengan tari Topeng Ireng di Magelang karena tarian tersebut diwariskan secara turun-temurun dari jaman penjajahan Belanda sampai sekarang tetap terjaga ke aslianya dan tetap ditampilkan dalam acara adat tententu.

B.       Tujuan dari “Tarian Topeng Ireng”

1.         Untuk memupuk rasa gotong royong dalam masyarakat
2.         Menjaga dan melestarikan budaya Jawa
3.         Mengajarkan kepada tunas-tunas muda tradisi Jawa
4.         Memperlihatkan sebagai sarana hiburan seni-seni Jawa kepada masyarakat

C.      Etimologi dan Nilai-Nilai yang Tekandung dalam “Tari Topeng Ireng”

Nama Topeng Ireng sendiri berasal dari kata Toto Lempeng Irama Kenceng. Toto artinya menata, lempeng berarti lurus, irama berarti nada, dan kenceng berarti keras. Oleh karena itu, dalam pertunjukan Topeng Ireng para penarinya berbaris lurus dan diiringi musik berirama keras dan penuh semangat. Tarian ini sebagai wujud pertunjukan seni tradisional yang memadukan syiar agama Islam dan ilmu beladiri atau pencaksilat. Tak heran, Topeng Ireng selalu diiringi dengan musik yang rancak dan lagu dengan syair Islami.
Banyak nilai yang terkandung dalam “tarian Topeng Ireng” seperti:

1.         Nilai Sosial:

Ø  Hiburan, biasanya merupakan hiburan ringan pelepas lelah untuk menghilangkan kejenuhan dari rutinitas sehari-hari.
Ø  Pengikat solidaritas, melalui Topeng Ireng dapat meningkatkan solidaritas antar pemain dan masyarakat penontonnya sekaligus mengenalkan Topeng Ireng kepada mata umum.
Ø  Media interaksi sosial, terwujud dari adanya hubungan antar anggota kesenian, anggota kesenian dengan pengurus, dan anggota kesenian dengan warga.

2.         Nilai Keagamaan

Melalui syair-syair lagu yang dilantunkan mengandung nilai-nilai dakwah. Pada dahulu kala tarian tersebut digunakan oleh para sunan selain untuk hiburan juga sebagai media dakwah,mengajarkan ajaran agama Islam. Serta dalam musiknya yang menggunakan gamelan dan tembang Jawa yang mengandung nasehat kebaikan hidup dan penyebaran agama Islam.

3.         Nilai Ekonomi

Walaupun keberadaan Topeng Ireng hanya merupakan sebuah kesenangan dan hiburan belaka, namun dibalik itu ada hal yang didapatkan dari pendukung kesenian tersebut yaitu materi, seperti dengan mendapatkan honor dari setiap pentas dan mengajar kelompok kesenian dari desa lain. Selain itu juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk berjualan dan pengelolaan lahan parkir oleh pemuda setempat.

4.         Nilai Politik

Tari “topeng Ireng” mengajarkan kepada setiap penikmatnya kalau hidup didunia itu kita itu tidak sendiri masih banyak orang lain,sebagai mahkluk sosial kita harus saling tolong-menolong dan gotong royong. Juga mengajarkan cara berorganisasi yang baik.

5.         Nilai Spiritual

Dalam masyarakat Jawa umumnya dalam setiap kegiatanya tidak jauh dengan adanya kepercayaan animism dan dinamisme. Namun menurut sumber (Bp.Tapa) dalam tarian “Topeng Ireng” tersebut tidak ada ajaran spiritual khusus yang terkandung,hanya saja tari tersebut diharapkan dapat membangkitkan rasa cinta budaya Jawa dikalangan para remaja.
(en.wikipedia.org)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar