A.
Sejarah
Upacara tradisional
Seni Tarian Topeng Ireng berawal dari cerita rakyat Magelang sebelum pada
akhirnya sampai ke masyarakat Temanggung. Topeng Ireng muncul tahun 1950 di
Tuksongo Borobudur, kemudian berkembang di 21 kecamatan. Masing-masing
kecamatan punya group kesenian, ada yang 1 atau lebih. Kesenian Topeng
Ireng ini perkembangannya cukup pesat. Topeng Ireng banyak digemari
karena busananya bagus, gerak tari dan iringan musik mudah dipelajari. Temanya
untuk syiar agamis, melalui lagu-lagu syair agama. Lagu-lagunya dibuat sendiri.
Dalam perkembangannya, lagu campursari mulai masuk. Namun terkadang syairnya
mulai menyimpang, sehingga perlu untuk diluruskan. Lagu-lagu biasanya untuk
menyampaikan pesan terhadap lingkungan masyarakat. Misalnya pesan tentang KB,
politik. Pada awalnya, peralatannya: bende, suling, dodogan, jedor, peluit.
Penarinya, 1 kelompok 16-20 orang, termasuk kepala suku. Penari topeng Ireng
ada yang dewasa maupun anak-anak. Menurut salah satu tokoh masyarakat (Bp.Tapa)
seni Tari Topeng Ireng merupakan salah satu seni dari kota Magelang yang
menggambarkan prajurit di jaman Belanda dahulu,gambaran tersebut berupa
sekelompok prajurit yang sedang berperang melawan Belanda dengan menggunakan
coretan-coretan hitam di wajahnya untuk menyempurnakan penyamaran para prajurit
di hutan,dari situlah nama Topeng Ireng berasal. Namun ada persepsi lain yang
di utarakan dari salah satu masyarakat desa Lamuk yang menceritakan bahwa asal
mula Seni Tarian Topeng Ireng tersebut berasal dari para prajurit yang sedang
menari setiap ada waktu istirahat di medan perang sebagai hiburan dengan masih
berpenampilan seperti saat berperang melawan Belanda. Setelah itu tarian tersebut dibawa oleh para
prajurit dan diajarkan kepada masyarakat sekitar Magelang dan dengan mudah
masyarakat Magelang menggandrungi tarian tersebut,namun masyarakat Magelang
pada saat itu menambahkan kostum yang menarik,dengan gabungan antara kepala
angsa dan bulu ayam untuk hiasan kepala dan lonceng-lonceng kecil yang cukup
banyak di kaki yang memungkinkan setiap gerakan dari sang penari mengeluarkan
bunyi yang sangat meriah,hal tersebut menjadikan seni Tari Topeng Ireng mudah
diterima oleh masyarkat Magelang pada awalnya. Setelah beberapa tahun tarian
tersebut melekat dikehidupan masyarakat Magelang para prajurit tersebut hijrah
ke Temanggung untuk menumpas penjajah yang menempati kota tersebut waktu itu.
Sehingga tarian tersebut juga ada di kota Temanggung khususnya di desa Lamuk. Tidak
terlalu jauh berbeda dengan tari Topeng Ireng di Magelang karena tarian
tersebut diwariskan secara turun-temurun dari jaman penjajahan Belanda sampai
sekarang tetap terjaga ke aslianya dan tetap ditampilkan dalam acara adat tententu.
B.
Tujuan
dari “Tarian Topeng Ireng”
1.
Untuk memupuk rasa
gotong royong dalam masyarakat
2.
Menjaga dan
melestarikan budaya Jawa
3.
Mengajarkan kepada
tunas-tunas muda tradisi Jawa
4.
Memperlihatkan sebagai
sarana hiburan seni-seni Jawa kepada masyarakat
C.
Etimologi
dan Nilai-Nilai yang Tekandung dalam “Tari Topeng Ireng”
Nama Topeng Ireng
sendiri berasal dari kata Toto Lempeng Irama Kenceng. Toto
artinya menata, lempeng berarti lurus, irama berarti nada,
dan kenceng berarti keras. Oleh karena itu, dalam pertunjukan Topeng
Ireng para penarinya berbaris lurus dan diiringi musik berirama keras dan penuh
semangat. Tarian ini sebagai wujud pertunjukan seni
tradisional yang memadukan syiar
agama Islam dan ilmu beladiri atau pencaksilat. Tak heran, Topeng Ireng selalu
diiringi dengan musik yang rancak dan lagu dengan syair Islami.
Banyak nilai yang
terkandung dalam “tarian Topeng Ireng” seperti:
1.
Nilai Sosial:
Ø Hiburan,
biasanya merupakan hiburan ringan pelepas lelah untuk menghilangkan kejenuhan
dari rutinitas sehari-hari.
Ø Pengikat
solidaritas, melalui Topeng Ireng dapat meningkatkan solidaritas antar pemain
dan masyarakat penontonnya sekaligus mengenalkan Topeng Ireng kepada mata umum.
Ø Media
interaksi sosial, terwujud dari adanya hubungan antar anggota kesenian, anggota
kesenian dengan pengurus, dan anggota kesenian dengan warga.
2.
Nilai Keagamaan
Melalui syair-syair
lagu yang dilantunkan mengandung nilai-nilai dakwah. Pada dahulu kala tarian
tersebut digunakan oleh para sunan selain untuk hiburan juga sebagai media
dakwah,mengajarkan ajaran agama Islam. Serta dalam musiknya yang menggunakan
gamelan dan tembang Jawa yang mengandung nasehat kebaikan hidup dan penyebaran
agama Islam.
3.
Nilai Ekonomi
Walaupun keberadaan
Topeng Ireng hanya merupakan sebuah kesenangan dan hiburan belaka, namun
dibalik itu ada hal yang didapatkan dari pendukung kesenian tersebut yaitu
materi, seperti dengan mendapatkan honor dari setiap pentas dan mengajar
kelompok kesenian dari desa lain. Selain itu juga dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar untuk berjualan dan pengelolaan lahan parkir oleh pemuda
setempat.
4.
Nilai Politik
Tari “topeng Ireng”
mengajarkan kepada setiap penikmatnya kalau hidup didunia itu kita itu tidak
sendiri masih banyak orang lain,sebagai mahkluk sosial kita harus saling
tolong-menolong dan gotong royong. Juga mengajarkan cara berorganisasi yang
baik.
5.
Nilai Spiritual
Dalam masyarakat Jawa
umumnya dalam setiap kegiatanya tidak jauh dengan adanya kepercayaan animism
dan dinamisme. Namun menurut sumber (Bp.Tapa) dalam tarian “Topeng Ireng”
tersebut tidak ada ajaran spiritual khusus yang terkandung,hanya saja tari
tersebut diharapkan dapat membangkitkan rasa cinta budaya Jawa dikalangan para
remaja.
(en.wikipedia.org)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar