Minggu, 12 Januari 2014

TARI TOPENG IRENG (3)


A.    Makna Tari Topeng Ireng

Makna dari Tari Topeng Ireng erat kaitannya dengan tari keprajuritan dimana makna tersebut direpresentasikan didalam setiap unsur di seni tersebut. Makana yang terdapat dalam Tari Topeng Ireng secara keseluruhan tentang adanya cerita dari tokoh yang bernama K.H.Subkhi dan para prajurit TNI dalam perjalanannya ke hutan untuk melarikan diri dari penjajah. Sebutan Dayakan adalah cara untuk memudahkan menyebut tarian Topeng Ireng,karena didasarkan pada penampilan penari Topeng Ireng saar pertunjukan. Selain itu makalah ini juga membahas makna dilihat dari:

 
B.     Makna Gerak
Gerakan-gerakan Tarian Topeng Ireng tidak memiliki aturan yang baku hanya terkadang muncul gerakan-gerakan yang merupakan cri khas tarian masyarakat. Ciri khas tersebut adalah adanya hentakan kai dan gerakan yang diulang-ulang. Serta gerakan yang ada dalam tarian ini tidak lepas dari alunan musik dan notabene tarian ini mengikuti alunan musik.
Dalam kesenian Topeng Ireng atau Dayakan ini dibagi menjadi 3 babak pertunjukan yang memiliki dasar gerakan yang berbeda diantara ketiga babak tersebut. Dijelaskan bahwa dalam kesenian Topeng Ireng terdapat 3 babak tarian, yang terbagi menjadi Rodat Dayakan, Montholan dan Kewanan. Dalam hubungannya antara si Tokoh Sentral dengan ketiga babak tersebut adalah ketiga babak itu sebagai pelengkap cerita perjalanan si Tokoh Sentral. Pada babak Rodat Dayakan terdapat beberap gerakan inti seperti gerak hentakan kaki seolah-olah seperti serombongan prajurit yang keluar dari persembunyiannya untuk menghadapi musuh dengan membawa sifat tegas, keras, tidak terkalahkan, dan berani menghadapi segala tantangan. Hentakan kaki tersebut menggambarkan gertakan yang keras dalam menghadapi musuh di depannya. Sehingga hanya dengan hentakan kaki saja musuh akan takut terhadapnya. Gerak yang lain adalah gerak satu kaki diangkat dan tangan dinaikkan ke atas, dalam gerakan ini secara subjektif peneliti menggambarkan para pemain Topeng Ireng  adalah prajurit yang memiliki kemampuan bela
diri yang baik. Kemampuan bela diri ini mereka tunjukkan ketika gertakan sudah tidak mampu membuat pihak musuh gentar. Gerakan yang lain adalah gerak berjongkok menundukkan badan. Penafsiran subjektif peneliti dalam gerakan ini menggambarkan bahwa prajurit merupakan bawahan dari raja yang memerintah. Jadi mereka memiliki sifat sendika dhawuh terhadap pemimpinnya ataupun seseorang yang lebih tinggi kedudukannya daripada mereka.
Babak Montholan dalam interpretasi cerita seorang Tokoh Sentral yang disebutkan adalah para pengombyong dari si Tokoh Sentral. Pengombyong di sini diartikan sebagai para pengikut yang menemani perjalanan si Tokoh Sentral. Dengan kebiasaannya menyanyi, menari, dan melucu, mereka menghibur si Tokoh Sentral ketika ia merasa kelelahan.Sedangkan dalam babak kewanan ini merupakan penggambaran dari gangguan-gangguan yang dihadapi oleh si Tokoh Sentral dalam perjalanan pengembaraannya. Gangguan ini berwujud hewan-hewan liar dan buas seperti macan, singa, sapi liar, banteng, dan sebagainya. Gerakan ini juga mengandung nasihat bahwa manusia jangan bertingkah laku seperti hewan yang tidak beradab, tidak berakal, sehingga hidupnya menjadi sia-sia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar