Kamis, 09 Januari 2014

Fonologi



A.    Bunyi Bahasa
      Bunyi bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Proses bunyi tersebut dari embusan udara yang keluar dari paru-paru . dan dari paru-paru ada yang terhalang oleh tenggorokan, langit-langit keras, langit-langit lunak, lidah, gigi, atau bibir. Berdasarkan embusan udara tersebut, bunyi bahasa dapat dibedakan menjadi vocal dan konsonan.
Ada dua cabang ilmu linguistik yang mengkaji bunyi bahasa, yaitu fonetik dan fonologi.
1.      Fonetik
            Fonetik adalah bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia bagaimana bunyi dihasilkan dan bagimana kualitas bunyi yang dipelajari secara umum.
Ø  Fonetik Akustik
adalah bunyi bahasa yang mempelajari gelombang bagaimana gelombang suara didengar oleh telinga manusia.
Ø  Fonetik Auditoris
adalah bunyi bahasa yang mempelajari bagaimana manusia mendengarkan dan meresapi (menanggapi) bunyi bahasa.
Ø  Fonetik Artikulatoris
Adalah bunyi bahasa yang mempelajari bagaimana mekanisme alat bicara yang ada dalam tubuh manusia menghasilkan bunyi bahasa.
2.      Fonologi
            Fonologi mempelajari bunyi bahasa berdasarkan fungsinya, yaitu sebagai pembeda antara bunyi yang satu dan yang lain dalam satu bahasa.
Ø  Fonem
adalah bunyi bahasa yang mempunyai fungsi sebagai pembeda makna.
Contoh:      - kudu [kudu] ><        kuru [kuru]
                  ‘harus’                         ‘kurus’
                   - tuma [tumͻ]             ><        tuwa [tuwͻ]
                  ‘kutu’                          ‘tua’
Ø  Alofon
adalah variasi dari fonem yang tidak mempunyai fungsi sebagai pembeda makna.
Contoh:     - pithik [pithIʔ]            ><        pithik [pitik]
                  Ayam (Semarang)                   anak ayam (Banyumas)
·         Kriteria Alofon
Dua buah bunyi dapat dianggap alofon dari satu fonem yang sama jika memperlihatkan kemiripan berdasarkan proses pembetukannya dan dapat dianggap sebagai alofon jka dua bunyi berdistribusi komplementer atau bervariasi bebas.
Ø  Pasangan Minimal
Pasangan minimal adalah pasangan dua kata (dasar), jumlah dan urutan bunyinya sama, tetapi didalamnya hanya berbeda satu bunyi. Untuk mengetahui fonem-fonem suatu bahasa, biasanya digunakan pasangan minimal sebagai alat pembeda antara bunyi yang satu dan yang lainnya.
Contoh:     - bapak [bapaʔ]            - papak [papaʔ]
                   ‘bapak’                       ‘tumpul’
                  - udu [udu]                  -udhu [uᶑu]
                   ‘bukan’                       ‘iuran’
Ø  Distribusi Komplementer
Adalah ciri-ciri fonetis yang mengarah pada terima atau tidak terimanya suatu gabungan bunyi oleh masyarakat penuturannya.
B.     Vokal dan Konsonan Bahasa Jawa
1.      Fonem Vokal
Bunyi vokal dibedakan berdasarkan posisi lidah dalam mulut, bentuk bibir, dan tingkat pembukaan mulut.
Bunyi vokal dalam bahasa jawa ada sepuluh yaitu /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /ε/, /ә/, /ʊ/, /ͻ/, dan /I/. Sedangkan fone, bahasa jawa  ada enam yaitu [a], [i], [u], [e], [o], dan [ͻ]. Serta simbol fonetik ada sepuluh yaitu /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /ε/, /ә/, /ʊ/, /ͻ/, dan /I/.     
2.      Fonem Konsonan
Konsonan merupakan bunyi yang timbul akibat udara yang keluar dari paru-paru melalui rongga mulut dan rongga hidung. Yang terpenting  dalam konsonan adalah daerah artikulasi dan cara artikulasi.
Ø  Bunyi Bilabial
adalah bunyi bahasa yang dihasilkan oleh kedua bibir yang saling menyatu. Yang termasuk bunyi bilabial yaitu [b], [p], [m], dan [w].
contoh:      -biyung [biyʊŋ]           -rebab [rәbab]              -anteb [antәb]
                  -palsu [palsu]               -sapi [sapi]                   -karep [karәp]
Ø  Bunyi Dental atau Alveolar
adalah bunyi bahasa yang dihasilkan oleh daun lidah yang menempel gigi/gusi depan atas bagian dalam.  Yang termasuk bunyi dental yaitu [d], [t], [s], [n], [r], dan [l].
contoh:      -adil [adɪl]       -babat [babat]              -wekas [wәkas]
                  -apal [apal]      -reged [rәgәd]             -sikil [sikɪl]
                  -nakal [nakal]
Ø  Bunyi Retrofleks
adalah bunyi yang dihasilkan oleh pelepasan ujung lidah bagian bawah yang menempel atau menyentuh langit-langit keras karena hembusan udara dari paru-paru.
Contoh:     -dhawuh [ɖawʊh]       -godha [goɖɔ]
                  -thuthuk [ʈuʈʊʔ]           -pathi [paʈi]
Ø  Bunyi Palatal
adalah bunyi yang dihasilkan oleh pelepasan daun lidah yang menempel pada langit-langit keras yang disertai hembusan udara dari paru-paru. Yang termasuk bunyi palatal adalah [j], [c], [z], [y], [ʃ], dan [ɲ].
Contoh: -jipuk [jipʊʔ]                    -lunyu [luɲu]               -cekel [cәkәl]
              -pacul [pacʊl]                  
Ø  Bunyi Velar
adalah bunyi yang dihasilkan oleh rongga tenggorokan. Yang termasuk bunyi velar adalah [g], [k], [x], dan [ŋ].
Contoh:     -gedhe [gәɖә]              -kawat [kawat]            -ngilo [ŋilo]
Ø  Bunyi Glotal
Adalah bunyi yang dihasilkan oleh pita suara tertahan di tenggorokan. Yang termasuk bunyi glottal yaitu [h] dan [ʔ].
Contoh:     -tahu [tahu]                             -takwa [taʔwa]
                  -dhahar [ɖahar]                        - bapak [bapaʔ]
3.      Konsonan Homogan
Konsonan homorgan adalah konsonan yang berasal dari satu daerah artikulasi. Seperti bunyi [b] dan [p], [f] dan [v], [d] dan [t], [ɖ] dan [ʈ], [j] dan [c], dan [g] dan [k].
Contoh            : -bubut [bubʊt]           ><        puput [pupʊt]
                ‘cabut’                                 ‘putus’
               -bakul [bakʊl]           ><        wakul [wakʊl]
                 ‘penjual’                             ‘tempat nasi’ 
4.      Fonem Khas Bahasa Jawa
a.       Bunyi Aspirat
Semua bunyi hambat bersuara dan takbersuara dalam bahasa jawa cenderung diikuti bunyi aspirat, yaitu bunyi frikatif glottal takbersuara, atau bunyi [h].
Contoh:     -bapak               [bʰapʰaʔ]
                  -sapa                  [sɔpʰɔ]
                  -ketan                [kәtʰan]
                  -adus                 [adʰʊs]
                  -adhi                  [aɖʰi]
                  -thuyul               [ʈʰʊyʊl]
                  -jembar              [jʰәmbʰar]
                  -ucul                  [ucʰul]
                  -gulu                  [gʰulu]
b.      Bunyi Pranasal
adalah bunyi yang mendahului nasal.
Contoh:     -bali                 → [ᵐbali]
                  -boten              → [ᵐboten]
                  -gresik             → [ᵑgʰrәsɪʔ]
5.      Diftong dan Monoftong
Ø  Diftong atau Vokal Rangkap
Diftong merupakan deret dua fonem vokal yang berbeda yang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Contoh: danau, pulau, kerbau dsb.
Bunyi [au] pada contoh tidak dapat dipisahkan menjadi *dana-u, *da-na-u, *pula-u, *pu-la-u.
Ø  Monoftong atau Vokal Tunggal
Contoh:     danau  → dano           satai     → sate
                  Pulau   → pulo            gulai    → gule
6.      Gugus Konsonan (Klaster)
Klaster adalah dua konsonan yang berbeda berderat dan membentuk satu kesatuan.
Contoh:           -[bl]     → blirik, blarak, bleseg
                        -[pr]     → priya, prentah, prawan
                        -[gr]     → griya, grendhel, grudug
                        -[ky]    → kyai, mangkya
                        -[sw]    →swiwi, swara, swargi

C.     Perubahan Bunyi
Perubahan bunyi dapat menyebabkan suatu fonem yang satu menjadi fonem yang lain.
1.      Modifikasi Vokal
Ø  Umlaut
vokal depan /ɪ/ dan /ʊ/ akan menjadi /i/ dan /u/ jika kata yang mengandung fonem tersebut dilekati surfiks –e/-ne.
contoh: [arɪt]         +          -e         → [arite]
             [jagʊŋ]      +          -e         → [jaguŋe]
Ø  Harmoni Vokal
adalah perunahan vokal karena pengaruh vokal yang lain. Vokal belakang [ɔ] akan menjadi vokal depan [a], jika dilekati dengan surfiks –e/-ne.
contoh: [ɔpɔ]         +          -e         → [apane]
             [sәgɔ]        +          -e         → [sәgane]
2.      Netralisasi Bunyi
Netralisasi adalah pembatalan perbedaan minimal pada akhir kata. Bunyi [b] pada akhir kata dinetralisasikan menjadi [p], [d] menjadi [t], dan [g] menjadi [k] jika dilekati surfiks e/-ne.
Contoh: [rәbab]           +          -e         → [rәbape]
              [babad]          +          -e         → [babate]
              [gubʊg]         +          -e         → [gubʊke]
3.      Pergeseran Bunyi
Terjadi karena ada pergeseran tempat karena berderetnya dua fonem yang sama.
Ø  Metatesis
merupakan proses perpindahan bunyi karena bertukar tempat.
- wira-wiri [wira wiri]        → riwa-riwi [riwa riwi]
-tepes [tәpәs]                     → sepet [sәpәt]
-bejad [bәjat]                     → jebad [jәbat]
Ø  Disimilasi
merupakan proses perubahan bunyi dari dua fonem yang sama menjadi fonem yang berbeda.
- lara lara [lɔrɔ lɔrɔ]           → lara lapa [lɔrɔ lɔpɔ]
-sajjana [sajjana]                → sarjana [sarjana]
-bangbang [baŋbaŋ]          → bambang [bambaŋ]
4.      Penambahan Bunyi
Ø  Protesis
merupakan penambahan fonem pada awal kata. Itu terjadi karena kesulitan dalam pengucapan beberapa bunyi secara berurutan pada awal kata.
- bah putri  ‘nenek’            → mbah putri
- jare ‘katanya’                  → ujare
- dalan ‘jalan’                    → ndalan                   
Ø  Epentesis
merupakan penambahab fonem pada tengah kata.
Contoh:
Kambil ‘kelapa’                 → krambil
Akasa ‘angkasa’                → angkasa
Upama ‘andai’                  → umpama
Jumlah ‘jumlah’                 → jumblah
Ø  Paragog
Paragog merupakan penambahan fonem pada akhir kata.
Contoh: nganti ‘sampai’                → ngantik
              Dudu ‘bukan’                  → duduk
              Ibu ‘ibu’                          → ibuk
5.      Pengurangan Bunyi (abreviasi)
Ø  Aferesis merupakan pengurangan bunyi pada awal kata.
Kakang ‘kakak laki-laki’               → kang
Uwong ‘orang’                              → wong
Simbah ‘kakek/nenek’                   → mbah
Ø  Sinkop merupakan pengurangan bunyi pada tengah kata.
Ngimpi ‘mimpi’                 → ngipi
Temenan ‘sungguh’           → tenan
Sethithik ‘ sedikit’                        → sithik
Ø  Apokop merupakan pengurangan bunyi pada akhir kata.
Kuluban ‘gudangan’         → kulub
Kiyai ‘kakek’                    → ki
Kangmas ‘abang’              → kang                      
6.      Variasi Bebas
Variasi bebas merupakan variasi bunyi yang tidak menyebabkan perubahan makna. Misalnya antara fonem /b/ dan /w/, /d/ dan /t/, serta /g/ dan /k/.
Bae                  → wae ‘saja’
Bengi               → wengi ‘malam’
Dakjupuk        → takjupuk ‘kuambil’
Gegedhen        → kegedhen ‘kebesaran’

D.    Ejaan Bahasa Jawa
Ejaan bahasa jawa dibedakan menjadi dua, yaitu ejaan bahasa jawa yang menggunakan aksara jawa dan ejaan bahasa jawa yang menggunakan aksara latin. 
1.      Penulisan Vokal Bahasa Jawa
Ø  Penulisan  Bunyi [ͻ]
Dalam bahasa jawa bunyi [ɔ] seharusnya ditulis dengan aksara a bukan dengan aksara [o]. bunyi [ɔ] dan [o] dalam bahasa jawa merupakan dua bunyi yang berbeda yang mempu membedakan makna.
Arta [artɔ]             +          -e         → artane [artane]
Bala [bɔlɔ]             +          -e         → balane [balane]
Sega [sәgɔ]            +          -e         → segane [sәgane]
Ø  Penulisan  Bunyi [ɪ]
Bunyi /ɪ/ akan menjadi /i/ jika dalam kata tersebut terdapat imbuhan -e/-ne. bunyi /ɪ/ ditulis dengan menggunakan /i/.
Maling [malɪŋ]       +          -e         → malinge [maliŋe]
Cilik [cilɪʔ]            +          -e         → cilice [ciliʔe]
Ø  Penulisan  Bunyi [ʊ]
Bunyi [ʊ] ditulis dengan menggunakan huruf [u]. bunyi [ʊ] akan berubah menjadi bunyi [u] jika mendapat imbuhan –e/-ne.
Jagung [jagʊŋ]      +          -e         → jagunge [jaguŋe]
Wedhus [wәɖʊs]   +          -e         → wedhuse [wәɖuse]
Siwur [siwʊr]        +          -e         → siwure [siwure]
2.      Penulisan Konsonan
Ø  Penulisan  Bunyi Hambat Beraspirat
Bunyi hambat beraspiat tidak perlu ditulis.
[sɔbʰɔ]                   → saba ‘main’
[bʰapʰaʔ]                → bapak ‘bapak’
[kɔnɖʰɔ]                 → kandha ‘bilang’
[wegʰah]                → wegah ‘tidak mau’
Ø  Penulisan  Bunyi Pranasal
Dalam bahasa jawa  semua kata yang menyatakan nomina tempat dan kata tersebut berawal dengan bunyi hambat bersuara akan mengalami alami pranasal. Bunyi pranasal tidak perlu ditulis.
[ᵐbʰanɖʰuŋ]           → bandung
[ᶰdʰәlaŋgʰu]           → delanggu
[ᵑgunʊŋ]                → gunung
Ø  Penulisan  Bunyi Glotal
Bunyi glotal yaitu [ʔ]. Bunyi [ʔ] ditulis dengan menggunakan huruf [k].
[kәplaʔ]                 → keplak ‘pukul’
[simbɔʔ]                 → simbok ‘ibu’
[maʔlum]               → maklum ‘maklum’
Ø  Penulisan  Bunyi Retrofleks
Bunyi retrofleks [ʈ] dan [ɖ], ditulis dengan menggunakan huruf [th] dan [dh].
[baʈɪʔ]                    → bathik ‘batik’
[pәɖәs]                     pedhes ‘pedas’
[pɔɖɔ]                    → padha ‘sama’
Ø  Penulisan  Semivokal
Yang termasuk semi vokal ialah [y] dan [w].
[priʸɔ]                    → priya ‘lelaki’
[dluʷaŋ]                 → dluwang ‘kertas’
Rene          +          -a         → [reneʸɔ] → renea ‘kemarilah’
Tuku          +          -a         → [tukuʷɔ] → tukua ‘belilah’
Ø  Penulisan  Glotal Fikatif Tak Bersuara
Dalam bahasa jawa bunyi [h] yang terdapat dalam kata asal cenderung tidak dimunculkan dalam penulisannya, sedangkan dalam bahasa Indonesia kebalikannya.
Bunyi
Ejaan bahasa
Jawa
Ejaan bahasa
Indonesia
[mɔjɔpaʰit]
[laʰir]
[jaʰit]
Majapait
Lair
Jait
Majapahit
Lahir
Jahit

4 komentar: